A. Pengertian Kemasan
Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk,
struktur, material, warna, citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan
informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk
membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan
membedakan sebuah produk di pasar. Menurut Kotler & Keller (2009:27),
pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai
sebuah produk. Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan
atau pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk
menjaga produk.
B. Macam-Macam Kemasan
1. Kemasan Kertas
Kemasan kertas
merupakan kemasan fleksibel yangpertama sebelum ditemukannya plastik dan
aluminium foil. Saat ini kemasan kertas masih banyak digunakan dan mampu
bersaing dengan kemasan lain seperti plastik dan logam karena harganya yang
murah, mudah diperoleh, dan penggunaannya yang luas. Kelemahan kemasan kertas
untuk mengemas adalah sifanya yang sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi
oleh kelembaban udara lingkungan. Berikut
contoh kemasan dari bahan kertas.
2. Kemasan
Kayu
Kayu merupakan
bahan pengemas tertua yang diketahui oleh manusia dan secara tradisional
digunakan untuk mengemas berbagai macam produk padat seperti barang antik dan
emas, keramik, dan kain. Kayu adalah bahan baku dalam pembuatan palet, peti
atau kotak kayu di negara-negara yang mempunyai sumber kayu alam dalam jumlah
banyak. Tetapi saat ini penyediaan kayu untuk pembuatan kemasan juga banyak
menimbulkan masalah karena makin langkanya hutan penghasil kayu. Desain kemasan
kayu bergantung pada sifat dan berat produk, konstruksi kemasan, bahan kemasan,
dan kekuatan kemasan, dimensi kemasan, metode dan kekuatan.
Penggunaan kemasan
kayu baik berupa peti, tong kayu atau palet sangat umum di dalam transportasi
berbagai komoditas dalam perdagangan internasional. Pengiriman produk kerajinan
seperti keramik sering dibungkus dengan peti kayu agar dapat melindungi keramik
dari risiko pecah. Kemasan kayu umumnya digunakan sebagai kemasan tersier untuk
melindungi kemasan lain yang ada di dalamnya. Dalam mendesain kemasan kayu,
diperlukan proses alternatif dan bahan-bahan teknik yang tepat untuk membuat
kemasan yang lebih ekonomis.
3. Kemasan Plastik
Kemasan yang
paling banyak kita temui adalah kemasan plastik. Beberapa jenis kemasan plastik
yang dikenal adalah polietilen, polipropilen, poliester, nilon, dan vinil
film. Enam puluh persen penjualan plastik yang ada di dunia menggunakan
kemasan plastik polistiren, polipropilen, polivinil klorida, dan akrilik.
Produk kerajinan banyak menggunakan kemasan plastik jenis akrilik. Akrilik
adalah nama kristal termoplastik yang jernih dengan nama dagang Lucie,
Barex dan Plexiglas.
Beberapa sifat
akrilikadalah kaku dan transparan, penahan yang baik terhadap oksigen dan
cahaya, titik leburnya rendah. Akrilik banyak digunakan sebagai bahan pelapis
untuk bahan keras, dan dahulu digunakan untuk gigi palsu dan kacamata. Berikut
contoh kemasan dari bahan plastik. Produk karya kerajinan yang siap dipasarkan
sebaiknya dikemas dengan baik agar terlihat lebih menarik dan terlindung dari
kerusakan. Kemasan dibuat dengan memperhatikan jenis bahan dan bentuk produk
kerajinannya
Kemasan untuk produk
kerajinan yang terbuat dari bahan alam dapat diberi silica antijamur yang dapat
dibeli di toko kimia. Kemasan tidak hanya disiapkan untuk karya kerajinan yang
dijual, tetapi juga karya kerajinan yang akan dipamerkan. Bahan untuk kemasan
bisa dibuat dari bahan alam, maupun bahan sintetis. Misalnya karya keramik
diberi kemasan kotak kayu, aksesori batu diberi wadah kotak dari kardus,
perhiasan perak diberi wadah kotak berlapiskan bludru, dan sebagainya.
4. Kemasan Logam
Wadah logam dalam
bentuk kotak atau cangkir emas digunakan pada zaman kuno sebagai lambang prestise.
Teknik pengalengan makanan sebagai upaya pengawetan bahan pangan pertama sekali
dikembangkan pada tahun 1809 yaitu pada zaman pemerintahan Napoleon Bonaparte
yaitu dari hasil penemuan Nicholas Appert. Aspek legislasi pengalengan makanan
ditetapkan tahun 1810 yang dikenal dengan ”l’art de conserver”. Tahun 1810
Peter Duran dari Ingris menciptakan kaleng. Tahun 1817 William Underwood
(imigran asal Inggris) mendirikan industri pengalengan makanan yang pertama di
Amerika Serikat. Kapten Edward Perry yang melakukan ekspedisi ke kutub utara pada
tahun 1819, 1824 dan 1826 telah menggunakan makanan kaleng sebagai logistik
mereka. Alumunium foil (alufo) diproduksi secara komersial pertama kali pada
tahun 1910. Kaleng aluminium untuk kemasan bir digunakan pertama sekali tahun
1965. Awalnya pembuatan kaleng dilakukan secara manual yaitu hanya dihasilkan
5-6 kaleng per jam. Akhir tahun 1900 ditemukan cara pembuatan kaleng termasuk cara
pengisian dan penutupannya yang lebih maju dan bersih. Kaleng alumunium awalnya
diperkenalkan sebagai wadah pelumas. Tahun 1866 ditemukan alat pembuka kaleng
yang berupa kunci pemutar untuk menggantikan paku atau pahat. Tahun 1875
ditemukan alat pembuka kaleng dengan prinsip ungkit. Tahun 1889 ditemukan
kaleng-kaleng aerosol, tetapi saat ini kaleng aerosol banyak ditentang karena
dapat merusak lapisan ozon.
C.
Jenis-Jenis Kemasan
Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu:
1.
Kemasan
Primer, yaitu bahan kemas langsung
mewadahi bahan pangan (kaleng susu, botol minuman, dll).
2.
Kemasan
Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya
melindungi kelompok kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah
kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus dan sebagainya.
3.
Kemasan
Tersier dan Kuarter, yaitu kemasan yang diperlukan
untuk menyimpan, pengiriman atau identifikasi. Kemasan tersier umumnya
digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan.
Berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kemasan dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu:
1.
Kemasan sekali
pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung
dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik, bungkus permen,
bungkus daun, karton dus, makanan kaleng.
2.
Kemasan
yang dapat dipakai berulang kali (Multi Trip),
kemasan jenis ini umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan
lagi pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya
botol minuman dan botol kecap.
3.
Kemasan
yang tidak dibuang (Semi Disposable).
Kemasan ini biasanya digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah
dipakai. Contohnya kaleng biskuit, kaleng susu dan berbagai jenis botol.
Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:
1. Kemasan
siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk
diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya
adalah wadah botol, wadah kaleng, dan sebagainya.
2.
Kemasan
siap dirakit, yaitu kemasan yang masih
memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk
lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau
plastik.
D. Hubungan Promosi Dengan Kemasan
Pengemasan adalah seni atau keterampilan menggunakan
sebuah kemasan semaksimal mungkin pada setiap tingkatan proses pemasaran. Menurt E. P.
Danger, hubungan antara pengemasan dan pemasaran terbagi dalam beberapa bagian,
yaitu :
a. Perencanaan
pemasaran, yaitu seluruh strategi yang mencakup produksi barang, cara
penjualannya dan tempat kemasan dalam proses penjualan.
b. Perencanaan
pemasaran harus memperhitungkan hubungan antara kemasan, tema penjualan,
promosi, periklanan, dan berbagai komponen pemasaran yang lainnya. Beberapa
pengulas yakin bahwa pengemasan akan melebihi bentuk periklananan lainnya
sebagai suatu alat pemasaran sebelum peralihan abad ini; kondisi perekonomian
telah meningkatkan peran dasar pengemasan sebagai pembantu penjualan dan para
pemakai kemasan makan banyak mengadakan eksperimen dengan pengemasan sebagai
alat untuk menonjolkan merk mereka kepada pembeli akhir. Pentingnya pengemasan
sebagai suatu alat promosi utama berarti bahwa orang pemasaran perlu mengetahui
tentang lini produk sama baiknya dengan memahami mengenai pengemasan dan juga
pengemasan sebagai suatu medium komunukasi.
c. Perlu
kiranya menciptakan keseimbangan antara pertimbangan teknik dan fungsional
dengan keinginan manajer merk mengenai pengemasan, termasuk daya tarik visual
konsumen dan penanganannya
d. Pihak ketiga yang terlibat dalam
konsep pengemasan ialah distributor atau
pengecer, dan daya tarik pada
pengecer adalah bagian yang penting dari proses pemasaran. Sebelum setiap
kemasan daoat menampilkan fungsi penjualannya, kemasan harus menjamin untuk
mendapatkan ruang pajangannya di etalase toko atau di atas rak, ini berarti
bahwa produk, dan kemasannya harus menarik pengecer dengan cara yang
berbeda-beda. Pengecer harus du bujuk bahwa ruang rak yang dialokasikan untuk
produk tersebut akan menhasilkan.
e. Pemajangan,
yaitu operasi yang mencakup penyampaian produk ke tempat penjualan dengan aman
dan berakhir dengan penjualan tersebut. Pihak ketiga yang terlibat dalam konsep
pengemasan ialah distributor atau pengecer, dan daya tarik pada pengecer adalah
bagian yang penting dari proses pemasaran.
f. Sikap pelanggan, hal ini sering
membawa pengaruh atas arah tindakan yang diambil. Pelanggan adalah pihak
keempat yang terkait dalam konsepsi pengemasan, dan tujuan akhir dari proses
pemasaran adalah menjual produk ke pelanggan. Hubungan antara pengemasan dan
pemasaran dipengaruhi oleh perilaku pelanggan yang bermacam-macam, dan pada
tingkat pelanggan sering terjadi sikap negatif terhadap keseluruhan ide
pengemasan, perilaku ini telah menmacu
pengembangan merk sendiri, generik dan perubahan lain pada tingkat
eceran. Sikap ini harus betul-betul dimengerti oleh manajemen pemasaran karena
dapat mempengaruhi keseluruhan perencanaan.
The British
Packaging Council telah menerbitkan suatu kode bagi pengemasan seperti di bawah
ini :
a.
Kemasan harus cukup melindungi isi.
b. Bahan yang
dipakai tidak menimbulkan efek yang merusak isi.
c.
Kemasan tidak boleh salah ukuran atau longgar.
d. Kemasan
harus nyaman untuk di bawa oleh pelanggan.
e.
Kemasan harus menyampaikan seluruh informasi yang relevan.
f.
Harus ada perhatian yang setimpal pada lingkungan.
g. Daya tarik
kemasan pada pelanggan, hal inilah yang padsa akhirnya membuat penjualan.(Alma)
Unsur keempat dalam hubungan pengemasan dan
pemasarann adalah daya tarik dari kemasann langsung kepada pelanggan, faktor
itulah yang pada akhirnya menghasilkan penjualan. Ini terutama masalah daya
tarik visual kemasan, yang harus menghubungkan tema pemasaran bahwa manufaktur
ingin berhasil memenuhi keperluan pengecer, mencerminkan perilaku umum
konsumen, dan mempunyai daya tarik pada bentuk, bagian luar dan warna yang
menyentuh mata pelanggan dan merangsang tindakan yang mengarah kepada
penjualan.