Senin, 25 September 2017

Kemasan Kerajinan Bahan Lunak


A. Pengertian Kemasan
Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar. Menurut Kotler & Keller (2009:27), pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk.
B.  Macam-Macam Kemasan
1.  Kemasan Kertas
Kemasan kertas merupakan kemasan fleksibel yangpertama sebelum ditemukannya plastik dan aluminium foil. Saat ini kemasan kertas masih banyak digunakan dan mampu bersaing dengan kemasan lain seperti plastik dan logam karena harganya yang murah, mudah diperoleh, dan penggunaannya yang luas. Kelemahan kemasan kertas untuk mengemas adalah sifanya yang sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh kelembaban udara lingkungan. Berikut  contoh kemasan dari bahan kertas.
2. Kemasan Kayu
Kayu merupakan bahan pengemas tertua yang diketahui oleh manusia dan secara tradisional digunakan untuk mengemas berbagai macam produk padat seperti barang antik dan emas, keramik, dan kain. Kayu adalah bahan baku dalam pembuatan palet, peti atau kotak kayu di negara-negara yang mempunyai sumber kayu alam dalam jumlah banyak. Tetapi saat ini penyediaan kayu untuk pembuatan kemasan juga banyak menimbulkan masalah karena makin langkanya hutan penghasil kayu. Desain kemasan kayu bergantung pada sifat dan berat produk, konstruksi kemasan, bahan kemasan, dan kekuatan kemasan, dimensi kemasan, metode dan kekuatan.
Penggunaan kemasan kayu baik berupa peti, tong kayu atau palet sangat umum di dalam transportasi berbagai komoditas dalam perdagangan internasional. Pengiriman produk kerajinan seperti keramik sering dibungkus dengan peti kayu agar dapat melindungi keramik dari risiko pecah. Kemasan kayu umumnya digunakan sebagai kemasan tersier untuk melindungi kemasan lain yang ada di dalamnya. Dalam mendesain kemasan kayu, diperlukan proses alternatif dan bahan-bahan teknik yang tepat untuk membuat kemasan yang lebih ekonomis.
3. Kemasan Plastik
Kemasan yang paling banyak kita temui adalah kemasan plastik. Beberapa jenis kemasan plastik yang dikenal adalah polietilen, polipropilen, poliester, nilon, dan vinil film. Enam puluh persen penjualan plastik yang ada di dunia menggunakan kemasan plastik polistiren, polipropilen, polivinil klorida, dan akrilik. Produk kerajinan banyak menggunakan kemasan plastik jenis akrilik. Akrilik adalah nama kristal termoplastik yang jernih dengan nama dagang Lucie, Barex dan Plexiglas.
Beberapa sifat akrilikadalah kaku dan transparan, penahan yang baik terhadap oksigen dan cahaya, titik leburnya rendah. Akrilik banyak digunakan sebagai bahan pelapis untuk bahan keras, dan dahulu digunakan untuk gigi palsu dan kacamata. Berikut contoh kemasan dari bahan plastik. Produk karya kerajinan yang siap dipasarkan sebaiknya dikemas dengan baik agar terlihat lebih menarik dan terlindung dari kerusakan. Kemasan dibuat dengan memperhatikan jenis bahan dan bentuk produk kerajinannya
Kemasan untuk produk kerajinan yang terbuat dari bahan alam dapat diberi silica antijamur yang dapat dibeli di toko kimia. Kemasan tidak hanya disiapkan untuk karya kerajinan yang dijual, tetapi juga karya kerajinan yang akan dipamerkan. Bahan untuk kemasan bisa dibuat dari bahan alam, maupun bahan sintetis. Misalnya karya keramik diberi kemasan kotak kayu, aksesori batu diberi wadah kotak dari kardus, perhiasan perak diberi wadah kotak berlapiskan bludru, dan sebagainya.
4. Kemasan Logam
Wadah logam dalam bentuk kotak atau cangkir emas digunakan pada zaman kuno sebagai lambang prestise. Teknik pengalengan makanan sebagai upaya pengawetan bahan pangan pertama sekali dikembangkan pada tahun 1809 yaitu pada zaman pemerintahan Napoleon Bonaparte yaitu dari hasil penemuan Nicholas Appert. Aspek legislasi pengalengan makanan ditetapkan tahun 1810 yang dikenal dengan ”l’art de conserver”. Tahun 1810 Peter Duran dari Ingris menciptakan kaleng. Tahun 1817 William Underwood (imigran asal Inggris) mendirikan industri pengalengan makanan yang pertama di Amerika Serikat. Kapten Edward Perry yang melakukan ekspedisi ke kutub utara pada tahun 1819, 1824 dan 1826 telah menggunakan makanan kaleng sebagai logistik mereka. Alumunium foil (alufo) diproduksi secara komersial pertama kali pada tahun 1910. Kaleng aluminium untuk kemasan bir digunakan pertama sekali tahun 1965. Awalnya pembuatan kaleng dilakukan secara manual yaitu hanya dihasilkan 5-6 kaleng per jam. Akhir tahun 1900 ditemukan cara pembuatan kaleng termasuk cara pengisian dan penutupannya yang lebih maju dan bersih. Kaleng alumunium awalnya diperkenalkan sebagai wadah pelumas. Tahun 1866 ditemukan alat pembuka kaleng yang berupa kunci pemutar untuk menggantikan paku atau pahat. Tahun 1875 ditemukan alat pembuka kaleng dengan prinsip ungkit. Tahun 1889 ditemukan kaleng-kaleng aerosol, tetapi saat ini kaleng aerosol banyak ditentang karena dapat merusak lapisan ozon.
C.  Jenis-Jenis Kemasan
Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1.    Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng susu, botol minuman, dll). 
2.    Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus dan sebagainya.
3.    Kemasan Tersier dan Kuarter, yaitu kemasan yang diperlukan untuk menyimpan, pengiriman atau identifikasi. Kemasan tersier umumnya digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan.
Berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1.    Kemasan sekali pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik, bungkus permen, bungkus daun, karton dus, makanan kaleng. 
2.    Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (Multi Trip), kemasan jenis ini umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya botol minuman dan botol kecap. 
3.    Kemasan yang tidak dibuang (Semi Disposable). Kemasan ini biasanya digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai. Contohnya kaleng biskuit, kaleng susu dan berbagai jenis botol.
Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1.   Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol, wadah kaleng, dan sebagainya. 
2.    Kemasan siap dirakit, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.
D.  Hubungan Promosi Dengan Kemasan
Pengemasan adalah seni atau keterampilan menggunakan sebuah kemasan semaksimal mungkin pada setiap tingkatan proses pemasaran. Menurt E. P. Danger, hubungan antara pengemasan dan pemasaran terbagi dalam beberapa bagian, yaitu :
a.   Perencanaan pemasaran, yaitu seluruh strategi yang mencakup produksi barang, cara penjualannya dan tempat kemasan dalam proses penjualan.
b.  Perencanaan pemasaran harus memperhitungkan hubungan antara kemasan, tema penjualan, promosi, periklanan, dan berbagai komponen pemasaran yang lainnya. Beberapa pengulas yakin bahwa pengemasan akan melebihi bentuk periklananan lainnya sebagai suatu alat pemasaran sebelum peralihan abad ini; kondisi perekonomian telah meningkatkan peran dasar pengemasan sebagai pembantu penjualan dan para pemakai kemasan makan banyak mengadakan eksperimen dengan pengemasan sebagai alat untuk menonjolkan merk mereka kepada pembeli akhir. Pentingnya pengemasan sebagai suatu alat promosi utama berarti bahwa orang pemasaran perlu mengetahui tentang lini produk sama baiknya dengan memahami mengenai pengemasan dan juga pengemasan sebagai suatu medium komunukasi.
c.  Perlu kiranya menciptakan keseimbangan antara pertimbangan teknik dan fungsional dengan keinginan manajer merk mengenai pengemasan, termasuk daya tarik visual konsumen dan penanganannya
d.  Pihak ketiga yang terlibat dalam konsep pengemasan ialah distributor atau      pengecer, dan daya tarik pada pengecer adalah bagian yang penting dari proses pemasaran. Sebelum setiap kemasan daoat menampilkan fungsi penjualannya, kemasan harus menjamin untuk mendapatkan ruang pajangannya di etalase toko atau di atas rak, ini berarti bahwa produk, dan kemasannya harus menarik pengecer dengan cara yang berbeda-beda. Pengecer harus du bujuk bahwa ruang rak yang dialokasikan untuk produk tersebut akan menhasilkan.
e.  Pemajangan, yaitu operasi yang mencakup penyampaian produk ke tempat penjualan dengan aman dan berakhir dengan penjualan tersebut. Pihak ketiga yang terlibat dalam konsep pengemasan ialah distributor atau pengecer, dan daya tarik pada pengecer adalah bagian yang penting dari proses pemasaran.
f.   Sikap pelanggan, hal ini sering membawa pengaruh atas arah tindakan yang diambil. Pelanggan adalah pihak keempat yang terkait dalam konsepsi pengemasan, dan tujuan akhir dari proses pemasaran adalah menjual produk ke pelanggan. Hubungan antara pengemasan dan pemasaran dipengaruhi oleh perilaku pelanggan yang bermacam-macam, dan pada tingkat pelanggan sering terjadi sikap negatif terhadap keseluruhan ide pengemasan, perilaku ini telah menmacu  pengembangan merk sendiri, generik dan perubahan lain pada tingkat eceran. Sikap ini harus betul-betul dimengerti oleh manajemen pemasaran karena dapat mempengaruhi keseluruhan perencanaan.
The British Packaging Council telah menerbitkan suatu kode bagi pengemasan seperti di bawah ini :
a.     Kemasan harus cukup melindungi isi.
b.    Bahan yang dipakai tidak menimbulkan efek yang merusak isi.
c.     Kemasan tidak boleh salah ukuran atau longgar.
d.    Kemasan harus nyaman untuk di bawa oleh pelanggan.
e.     Kemasan harus menyampaikan seluruh informasi yang relevan.
f.     Harus ada perhatian yang setimpal pada lingkungan.
g.    Daya tarik kemasan pada pelanggan, hal inilah yang padsa akhirnya membuat penjualan.(Alma)
 Unsur keempat dalam hubungan pengemasan dan pemasarann adalah daya tarik dari kemasann langsung kepada pelanggan, faktor itulah yang pada akhirnya menghasilkan penjualan. Ini terutama masalah daya tarik visual kemasan, yang harus menghubungkan tema pemasaran bahwa manufaktur ingin berhasil memenuhi keperluan pengecer, mencerminkan perilaku umum konsumen, dan mempunyai daya tarik pada bentuk, bagian luar dan warna yang menyentuh mata pelanggan dan merangsang tindakan yang mengarah kepada penjualan.